Select Menu
Select Menu

Favourite

Politik

Wisata

Culture

Transportasi Tradisional

Rumah Adat

Bali

Pantai

Seni Budaya

Kuliner

» » UU BPJS DIRUBAH SESUAI PESANAN!


Unknown 12:25 0

RUU BPJS sudah di sahkan pada tanggal 28 Oktober 2011 oleh DPR RI, yang artinya sudah resmi menjadi UU BPJS..
Namun…

Menurut Wakil Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (RUU BPJS) Ferdiansyah bahwa meski telah disahkan dalam rapat paripurna, Naskah final RUU BPJS sebenarnya belum selesai dibahas. Proses pembahasan pun tidak prosedural.

“Panja belum lapor ke pleno pansus waktu itu. Kemudian penjelasan belum dibahas. Lalu sinkronisasi terhadap bab, pasal, dan ayat, juga belum dilakukan. Pendapat mini fraksi juga belum disampaikan, sehingga akhirnya, belum ada naskah RUU yang final. Pemeritah memaksakan diri dalam pengesahan RUU BPJS ini,”

“Sinkronisasi atau pun redaksi sekalipun harus dilakukan sebelum diputuskan di sidang paripurna. Apalagi membicarakan substansi bab penjelasan dan peralihan. Sebelum disahkan dalam sidang paripurna, semua harus sudah clear. Ini cacat hukum,” kata Mantan Dirjen Perundang-undangan, Kementerian Hukum dan HAM, Abdul Wahid

Ternyata Anggota DPR pada Bulan November 2011 dari tanggal 3 – 8 November di hotel aryaduta masih membicarakan dan menyelesaikan pembahasan UU BPJS yang belum selesai.

INI SKANDAL TERBESAR. MENGESAHKAN UU YANG BELUM SELESAI.

Menurut Rieke diah Pitalloka, sesungguhnya seluruh substansi RUU sudah selesai, semua pasal dan ayat sudah selesai dibahas dan yang tersisa tentang tahun pelaksanaan BPJS Ketenagakerjaan…
Sinkronisasi, kata Rieke, penting agar tidak ada penambahan atau penghilangan pasal dan ayat mengingat UU BPJS penting untuk rakyat

Tapi anehnya dia mengakui diperlukan penambahan waktu untuk pembahasan.
“Idealnya memang ada penambahan waktu pembahasan, namun jatah waktunya sudah diatur dalam tatib DPR dan UUD 45,”

Ketua Pansus RUU BPJS Surya Chandra Surapaty dari F-PDIP mengatakan, secara substansi, UU itu tidak ada masalah lagi. Sekarang, staf ahli DPR dan pemerintah yang selama ini mendampingi dan mencatat risalah rapat, tinggal merapikan penomoran pasal dan membuat pasal-pasal penjelasan menjadi kelompok sendiri yang terpisah dari induk pasalnya.

MARI KITA LIHAT SKANDAL TERBESAR YANG DILAKUKAN OLEH DPR YANG DIDUKUNG OLEH KELOMPOK ORANG YANG MENGINGINKAN SEGERA DI SAHKAN  UU BPJS.

Kita lihat
UU BPJS VERSI I yang disahkan pada tanggal 28 Oktober 2011 di Gedung DPR RI, dan di bandingkan UU BPJS VERSI II yang di buat pada November 2011 Di HOTEL ARYADUTA.

Apakah benar Secara Substansi UU ini tidak ada masalah lagi? 

MARI KITA BEDAH!!

Pasal 17
Versi I
1)  Pemberi  Kerja  selain  penyelenggara  negara  yang  tidak  melaksanakan ketentuan  sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  15 dan pasal 16 dikenai sanksi administratif.
2)   Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a.       teguran tertulis;
b.      denda; dan/atau
c.       tidak mendapat pelayanan publik tertentu.

3)     Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dikenai oleh BPJS
4)    Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pengenaan  sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah.


Versi II
1)    Pemberi  Kerja  selain  penyelenggara  negara  yang  tidak  melaksanakan ketentuan  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  15  ayat  (1)  dan  ayat  (2),  dan setiap  orang  yang  tidak  melaksanakan  ketentuan  sebagaimana  dimaksud dalam Pasal 16 dikenai sanksi administratif.
2)      Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a.       teguran tertulis;
b.      denda; dan/atau
c.       tidak mendapat pelayanan publik tertentu.

3)     Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf b dilakukan oleh BPJS
4)    Pengenaan  sanksi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2)  huruf  c dilakukan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah atas permintaan BPJS.
5)   Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pengenaan  sanksi  administrative diatur dengan Peraturan Pemerintah.


  1. Pasal 17 ayat 1 pada versi II ada penambahan isi pasal
  2. Ayat 3 ada perubahan di kata “dikenai” menjadi “dilakukan”
  3. Ada penambahan ayat 4 di versi II
  4. Versi I ada 4 ayat dan versi II ada 5 Ayat.


Pasal 21

Versi I
Ayat 2:
Dewan  Pengawas  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  terdiri  atas  unsur  Pemerintah,  unsur  Pekerja,  dan  unsur Pemberi Kerja dengan perbandingan jumlah yang seimbang, serta unsur tokoh masyarakat.

Versi II
Ayat 2:
Dewan  Pengawas  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  terdiri  atas  2  (dua) orang  unsur  Pemerintah,  2  (dua)  orang  unsur  Pekerja,  dan  2  (dua)  orang unsur Pemberi Kerja, serta 1 (satu) orang unsur tokoh masyarakat.

Keterangan

  1. Ada penambahan jumlah angka orang di versi II


Pasal 22

Versi I
Ayat 3:
Dalam  menjalankan  tugas  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2),  Dewan Pengawas berwenang untuk:
a.    menetapkan rencana kerja anggaran tahunan Dewan Pengawas;

Versi II
Ayat 3:
Dalam  menjalankan  tugas  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2),  Dewan Pengawas berwenang untuk:
a.    menetapkan rencana kerja anggaran tahunan BPJS;

Keterangan
1. Ayat 3 huruf a ada perubahan dari Dewan pengawas ke BPJS


Pasal 29

VERSI I
1)   Setelah terbentuk, Panitia  seleksi  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28  mengumumkan penerimaan  pendaftaran  calon  anggota  Dewan  Pengawas  dan  calon  anggota Direksi.
5)   paling lama  10 (sepuluh)  hari kerja terhitung  sejak  tanggal  ditutupnya  masa  penyampaian tanggapan  dari masyarakat, Panitia  seleksi  menentukan dan menyampaikan  nama  calon  anggota  Dewan  Pengawas  dan nama calon  anggota  Direksi  yang  akan  disampaikan  kepada  Presiden sebanyak  2 (dua)  kali  jumlah  jabatan  yang diperlukan 

VERSI II
1)    Panitia  seleksi  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28  mengumumkan penerimaan  pendaftaran  calon  anggota  Dewan  Pengawas  dan  calon  anggota Direksi paling lama 5 (lima) hari kerja setelah ditetapkan.
5)   Panitia  seleksi  menentukan  nama  calon  anggota  Dewan  Pengawas  dan nama calon  anggota  Direksi  yang  akan  disampaikan  kepada  Presiden sebanyak  2 (dua)  kali  jumlah  jabatan  yang diperlukan  paling lama  10 (sepuluh)  hari kerja terhitung  sejak  tanggal  ditutupnya  masa  penyampaian tanggapan  dari masyarakat.

Keterangan
    1. Pada ayat 1 versi II ada penambahan keterangan waktu 5 hari kerja.
    2. Pada ayat 5 isinya sama, Cuma penempatan tulisan dibalik-balik, dan ada penghilangan kata “menyampaikan” yang ada di Versi I


      Pasal 30
       
      Versi I
      2)   Presiden mengajukan  nama  calon  anggota  Dewan Pengawas  yang  berasal dari unsur  Pekerja,  unsur  Pemberi  Kerja,  dan  unsur  tokoh  masyarakat kepada Dewan  Perwakilan  Rakyat  Republik  Indonesia  sebanyak  2  (dua) kali  jumlah jabatan  yang  diperlukan.
      3)    Dewan  Perwakilan  Rakyat  Republik  Indonesia  memilih  anggota  Dewan Pengawas  yang  berasal dari  unsur  Pekerja,  unsur  Pemberi  Kerja,  dan unsure tokoh  masyarakat  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2),  paling lama  20  (dua puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya usulan dari Presiden.
      5)   Presiden  menetapkan  calon  terpilih  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (4) paling  lama  10  (sepuluh)  hari  kerja  terhitung  sejak  tanggal  diterimanya surat dari pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.


      Versi II
      2)    Presiden mengajukan  nama  calon  anggota  Dewan Pengawas  yang  berasal dari unsur  Pekerja,  unsur  Pemberi  Kerja,  dan  unsur  tokoh  masyarakat kepada Dewan  Perwakilan  Rakyat  Republik  Indonesia  sebanyak  2  (dua) kali  jumlah jabatan  yang  diperlukan,  paling  lama  10  (sepuluh)  hari  kerja terhitung  sejak tanggal diterimanya daftar nama calon dari panitia seleksi.
      3)   Dewan  Perwakilan  Rakyat  Republik  Indonesia  memilih  anggota  Dewan Pengawas  yang  berasal  dari  unsur  Pekerja,  unsur  Pemberi  Kerja,  dan unsure tokoh  masyarakat  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (2),  paling lama  20  (dua puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal penerimaan usulan dari Presiden.
      5)   Presiden  menetapkan  calon  terpilih  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (4) paling  lama  10 (sepuluh)  hari  kerja  terhitung  sejak  tanggal  penerimaan surat dari pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

      Keterangan:

      1. Ayat 2 pada versi II ada penambahan 10 hari kerja dan panitia seleksi
      2. Ayat 3, pada versi I disebutkan “diterimanya usulan” pada versi II “penerimaan Usulan”
      3. Ayat 5, pada versi I disebutkan “diterimanya Surat” pada versi II “penerimaan Surat”


      Pasal 31

      VERSI I
      Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pemilihan  dan  penetapan  Calon Ketua  dan Anggota Dewan Pengawas  serta Direktur Utama dan Anggota Direksi diatur dengan Peraturan Presiden.
       
      VERSI II
      Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  tata  cara  pemilihan  dan  penetapan  Dewan Pengawas  dan  Direksi  sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  28,  Pasal  29,  dan Pasal 30 diatur dengan Peraturan Presiden.


      Keterangan:

      Pada Pasal ini banyak perubahan dan penambahan terjadi:
      1. Versi I disebut Calon Ketua, Anggota dewan pengawas, Direktur Utama dan Anggota direksi, Sedangkan di Versi II hanya dewan pengawas dan Direksi
      2. Versi I diatur PP, versi II ada tambahan sebagaimana dimaksud Pasal 28,29 dan 30



      Pasal 32

      Versi I
      Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi berhenti dari jabatannya karena:
      a.   meninggal dunia; 
      b.   masa jabatan berakhir.

      Versi II
      Anggota Dewan Pengawas atau anggota Direksi berhenti dari jabatannya karena:
      a.   meninggal dunia; 
      b.   masa jabatan berakhir; atau
      c.   diberhentikan.

      Keterangan

      Versi I hanya ada huruf a dan b, sedangkan versi II ada penambahan huruf c



      Pasal 33

      VERSI I
      1)      Anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota  Direksi  dapat  diberhentikan sementara karena: 
      a.       sakit  terus-menerus  lebih  dari  3  (tiga)  bulan  sehingga  tidak  dapat menjalankan tugasnya;
      b.      ditetapkan menjadi tersangka; atau

      3)      Anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota  Direksi  sebagaimana  dimaksud pada ayat (1)
      dikembalikan pada jabatannya apabila  telah dinyatakan sehat kembali untuk melaksanakan tugas atau  apabila statusnya  sebagai  tersangka dicabut.
      4)      Pengembalian  jabatan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (3)  dilakukan paling lama  30  (tiga
            puluh)  hari  terhitung  sejak  di hentikan statusnya sebagai tersangka dan tidak menjadi terdakwa.


      VERSI II
      1)       Anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota  Direksi  dapat  diberhentikan sementara karena: 
      a.       sakit  terus-menerus  lebih  dari  3  (tiga)  bulan  sehingga  tidak  dapat menjalankan tugasnya;
      b.      ditetapkan menjadi tersangka; atau
      c.       dikenai sanksi administratif pemberhentian sementara. 

      3)  Anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota  Direksi  sebagaimana  dimaksud pada ayat (1) dikembalikan pada jabatannya apabila  telah dinyatakan sehat kembali untuk melaksanakan tugas atau  apabila statusnya  sebagai  tersangka dicabut, atau sanksi administratif pemberhentian sementaranya dicabut.

      4)  Pengembalian  jabatan  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (3)  dilakukan paling lama  30  (tigapuluh)  hari  terhitung  sejak  dinyatakan  sehat  atau statusnya sebagai  tersangka  dicabut  atau  sanksi  administratif pemberhentian sementaranya dicabut.

      Keterangan

      1. Ayat 1 versi II ada penambahan isi UU di huruf c
      2. Ayat 3 Versi II ada penambahan isi UU soal sanksi administratif
      3. Ayat 4 Versi II ada penambahan isi UU soal sehat,pencabutan status dan sanksi administratif


      Pasal 35
      Versi I
      Dalam  hal  anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota  Direksi  berhenti  sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  32  atau  diberhentikan  sebagaimana  dimaksud pada  Pasal  34,  Presiden  mengangkat  anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota Direksi pengganti untuk meneruskan masa jabatan yang digantikan.     

      Versi II
      Dalam  hal  anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota  Direksi  berhenti  sebagaimana dimaksud  dalam  Pasal  32  huruf  a  atau  diberhentikan  sebagaimana  dimaksud dalam  Pasal  34,  Presiden  mengangkat  anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota Direksi pengganti untuk meneruskan sisa masa jabatan yang digantikan.     

      Keterangan:

       Di Versi II, ada penambahan isi UU yaitu pada kalimat Pasal 32 huruf a


      Pasal 37

      VERSI I
      2)      Periode  laporan  tahunan sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dimulai  dari  1  Januari  sampai
      dengan 31 Desember.
      3)      Laporan  pengelolaan  program  dan  laporan  keuangan  tahunan  sebagaimana dimaksud  pada
      ayat  (1)  dipublikasikan  dalam  bentuk ringkasan  eksekutif melalui  media  massa  elektronik  dan paling sedikit  2  (dua)  media massa  cetak  yang  memiliki  peredaran  luas  secara nasional,  paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.
      4)  Bentuk  dan isi publikasi  sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas.
      5)  Bentuk dan isi laporan pengelolaan program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh BPJS setelah berkonsultasi dengan DJSN.
      6)     Laporan  keuangan  BPJS  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  disusun dan disajikan sesuai
      dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
      7)     Direksi  bertanggung  jawab  secara  tanggung  renteng  atas  kerugian  finansial yang ditimbulkan atas kesalahan pengelolaan Dana Jaminan Sosial.
      8)     Ketentuan  mengenai  bentuk  dan  isi  laporan  pengelolaan  program sebagaimana dimaksud pada
      ayat (5) diatur dalam Peraturan Presiden.     

      VERSI II
      2)   Periode  laporan  pengelolaan  program  dan  laporan  keuangan  tahunan sebagaimana  dimaksud pada  ayat  (1)  dimulai  dari  1  Januari  sampai dengan 31 Desember.
      3)  Bentuk dan isi laporan pengelolaan program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh BPJS setelah berkonsultasi dengan DJSN.
      4)   Laporan  keuangan  BPJS  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
      5)    Laporan  pengelolaan  program  dan  laporan  keuangan  tahunan  sebagaimana dimaksud  pada ayat  (1)  dipublikasikan  dalam  bentuk ringkasan  eksekutif melalui  media  massa  elektronik  dan melalui  paling sedikit  2  (dua)  media massa  cetak  yang  memiliki  peredaran  luas  secara nasional, paling  lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.
      6)  Bentuk  dan isi publikasi  sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Direksi setelah mendapat persetujuan dari Dewan Pengawas.
       7)   Ketentuan  mengenai  bentuk  dan  isi  laporan  pengelolaan  program sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Presiden.     

      Keterangan:

      1. Ada perubahan tata letak ayat dari versi I ke Versi II.
        1. Ayat 3 pada versi I pindah ke ayat 5 di versi II
        2. Ayat 4 pada versi I pindah ke ayat 6 di versi II
        3. Ayat 5 pada versi I pindah ke ayat 3 di versi II
        4. Ayat 6 pada versi I pindah ke ayat 3 di versi II
        5. Ayat 8 pada versi I pindah ke ayat 7 di versi II
      2. Ayat  7 pada versi I pindah ke pasal 38 ayat 1 di versi II
      3. Ayat 2 Versi II ada tambahan isi UU pengelolaan program dan laporan keuangan


      Pasal 41

      VERSI I
      1)       Aset BPJS bersumber dari:
      a.       Modal  awal  dari  Pemerintah,  yang  merupakan  kekayaan  negara  yang  dipisahkan dan
      tidak terbagi atas saham;
      b.      pengalihan  aset  Badan  Usaha  Milik  Negara  yang menyelenggarakan program jaminan
      sosial; 

      VERSI II
      1)       Aset BPJS bersumber dari:
      a.       Modal  awal  dari  Pemerintah,  yang  merupakan  kekayaan  negara  yang  dipisahkan dan
      tidak terbagi atas saham;
      b.      hasil  pengalihan  aset  Badan  Usaha  Milik  Negara  yang menyelenggarakan program
      jaminan sosial; 

       Keterangan:

      Pada versi II ayat 1 huruf b, ada penambahan isi UU yaitu Hasil pengalihan


      PASAL 43 yang ada di Versi I di hapus di Versi II, Padahal di versi I tidak ada keterangan bahwa UU tersebut di batalkan.
      Karena di hapus pasal 43 di versi II, maka Mulai Pasal 43 di versi II  sama dengan pasal 44 di versi I

      Pasal
      46 (versi I)
      45 (versi II)

      Versi I
      1)     Biaya  operasional  tahunan dikeluarkan dari  iuran  yang  diterima  dan dari  dana hasil
      pengembangan.
      2)     Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  biaya operasional  dan persentase iuran dan dana hasil
      pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.    

       
      Versi II
      1)     Dana  operasional  sebagaimana  dimaksud  dalam    Pasal  41  ayat  (1)  huruf  d ditentukan 
      berdasarkan  persentase  dari  iuran  yang  diterima
        dan/atau  dari  dana hasil pengembangan.
      2)      Ketentuan  lebih  lanjut  mengenai  persentase  dana  operasional  sebagaimana dimaksud pada ayat
      (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.    

      Keterangan:
      1. Ayat 1 versi I biaya operasional tahunan dihilangkan di versi II
      2. Ayat 1 versi II ada penambahan isi UU yaitu :
        1. Menerangkan pasal 41 ayat 1 huruf d
        2. Berdasarkan persentase
      3. Ayat 2
        1. versi I ada
          i.      Biaya operasional
          ii.      persentase iuran dan
          iii.      dana hasil pengembangan
        1. versi II :
          i.      Persentase dana Operasional
      Artinya persentase iuran dan dana hasil pengembangan di versi I di hapus di versi II

      1. Versi 1 menyebutkan biaya versi II menyebutkan dana



      Pasal
      50 (versi I)
      49 (versi II)
      VERSI I
      1)     Pihak  yang  merasa  dirugikan  yang  pengaduannya  belum  dapat  diselesaikan oleh  unit 
      sebagaimana  dimaksud  dalam    Pasal  49  ayat  (1),  penyelesaian sengketanya dilakukan melalui mekanisme mediasi.
      2)     Mekanisme  mediasi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan melalui bantuan seorang
      mediator atau lebih
      yang disepakati oleh kedua belah pihak secara tertulis.
      3)     Penyelesaian  sengketa  melalui  mediasi  dilakukan  paling  lama  30  (tiga puluh) hari  kerja  sejak 
      ditandatanganinya oleh kedua belah pihak sebagaimana  dimaksud pada ayat (2).

      VERSI II
      1)     Pihak  yang  merasa  dirugikan  yang  pengaduannya  belum  dapat  diselesaikan oleh  unit 
      sebagaimana  dimaksud  dalam    Pasal  48  ayat  (1),  penyelesaian sengketanya dapat dilakukan melalui mekanisme mediasi.
      2)     Mekanisme  mediasi  sebagaimana  dimaksud  pada  ayat  (1)  dilakukan melalui bantuan mediator
      yang disepakati oleh kedua belah pihak secara tertulis.
      3)     Penyelesaian  sengketa  melalui  mediasi  dilakukan  paling  lama  30  (tiga puluh) hari  kerja  sejak 
      penandatangan  kesepakatan  sebagaimana  dimaksud pada ayat (2) oleh kedua belah pihak.

      Keterangan:

      1. Ayat 1 versi II menambahkan kata “dapat” pada isi UU
      2. Ayat 2 Versi II menghilangkan kalimat “Seorang mediator atau lebih”
      3. Ayat 3 versi I kata “Ditandatangani” dirubah “Penandatangan” pada versi II
      4. Ayat 3 Versi II menambahkan kalimat “ Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)”


      Pasal
      51 (versi I)
      50 (versi II)

      Versi I
      Dalam  hal  Penyelesaian pengaduan  tidak  dapat  diatasi  oleh  unit  kerja penyelesaian pengaduan  dan / atau penyelesaian sengketa melalui  mekanisme  mediasi  tidak dapat terlaksana,  penyelesaiannya dapat diajukan ke pengadilan negeri di wilayah tempat tinggal pemohon. 

      Versi II
      Dalam  hal  pengaduan  tidak  dapat  diselesaikan  oleh  unit  pengendali  mutu pelayanan  dan penanganan  pengaduan  Peserta  melalui  mekanisme  mediasi  tidak dapat terlaksana,  penyelesaiannya dapat diajukan ke pengadilan negeri di wilayah tempat tinggal pemohon. 


      Keterangan:

      1. Pada versi I kata penyelesaian di hapus di versi II
      2. Pada versi I Kata “diatasi” diganti “diselesaikan” di versi II
      3. Pada versi I kalimat “oleh unit  kerja penyelesaian pengaduan” di GANTI dan DITAMBAHKAN kalimat “oleh pengendali  mutu pelayanan  dan penanganan  pengaduan  Peserta” sd
      4. Pada versi I Kalimat “penyelesaian Sengketa” di hapus di Versi II



      Pasal
      53 (versi I)
      52 (versi II)

      Versi I
      Anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi dilarang:
      a.       memiliki  hubungan  keluarga  sampai  derajat  ketiga  antaranggota  Dewan Pengawas,  antaranggota  Direksi,  dan  antara  anggota  dan anggota Direksi;
      l.         membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku catatan atau dalam  laporan, 
      atau  dalam  dokumen atau  laporan  kegiatan  usaha,  atau laporan transaksional BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial; dan/atau

      Versi II
      Anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi dilarang:
      a.       memiliki  hubungan  keluarga  sampai  derajat  ketiga  antar anggota  Dewan Pengawas,
      antar anggota  Direksi,  dan  antara  anggota  Dewan  Pengawas  dan anggota Direksi;
      l.         membuat atau menyebabkan adanya suatu laporan palsu dalam buku catatan atau dalam  laporan,
      atau  dalam  dokumen atau  laporan  kegiatan  usaha,  atau laporan transaksi BPJS dan/atau Dana Jaminan Sosial; dan/atau

      Keterangan

      1. Pada versi II ada penambahan kalimat “Dewan Pengawas”
      2. Pada Versi I kata “transaksional” di rubah kata “Transaksi” di Versi II


      Pasal
      54 (versi I)
      53 (versi II)

      VERSI I
      1)      Anggota  Dewan  Pengawas  dan Direksi  yang  melanggar  ketentuan larangan  sebagaimana 
      dimaksud  dalam  Pasal  52  huruf  a,  huruf  b,  huruf  c, huruf d, huruf e, atau huruf f dikenai sanksi administratif.

      VERSI II
      1)      Anggota  Dewan  Pengawas  atau  anggota  Direksi  yang  melanggar  ketentuan larangan 
      sebagaimana  dimaksud  dalam  Pasal  52  huruf  a,  huruf  b,  huruf  c, huruf d, huruf e, atau huruf f dikenai sanksi administratif.

      Keterangan:

      1. Pada versi I kata “dan” di ganti dengan “atau” pada versi II
      2. Ada penambahan kata “Anggota” di Versi II


      Pasal
      58 (versi I)
      57 (versi II)

      Versi I
      Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
      a.       Perusahaan  Perseroan  (Persero)  Asuransi  Kesehatan  Indonesia (ASKES)  yang  dibentuk 
      dengan  Peraturan  Pemerintah Nomor  6  Tahun  1992  tentang  Pengalihan  Bentuk  Perusahaan  Umum  (Perum) Husada  Bhakti  menjadi  Perusahaan  Perseroan  (Persero)  (Lembaran  Negara Republik  Indonesia  Tahun  1992  Nomor  16)  tetap melaksanakan  program  jaminan  kesehatan,  termasuk  menerima  pendaftaran peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan;
      b.      Kementerian  Kesehatan  tetap  melaksanakan  kegiatan  operasional penyelenggaraan  program 
      jaminan  kesehatan  masyarakat,  termasuk penambahan  peserta baru, dan program Jaminan Persalinan sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan;
      c.       Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Republik Indonesia  tetap  melaksanakan  kegiatan 
      operasional penyelenggaraan program layanan  kesehatan  bagi  pesertanya,  termasuk penambahan    peserta  baru, sampai  dengan  beroperasinya  BPJS  Kesehatan, kecuali  untuk  pelayanan kesehatan  tertentu  berkaitan  dengan  kegiatan operasionalnya,  yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden;
      d.      Perusahaan  Perseroan  (Persero)  Jaminan  Sosial  Tenaga  Kerja  (JAMSOSTEK) yang dibentuk 
      dengan Peraturan Pemerintah Nomor  36  Tahun  1995  tentang  Penetapan  Badan  penyelenggara  Program Jaminan  Sosial  Tenaga  Kerja  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Tahun 1995  Nomor  59),  berdasarkan  Undang-Undang  Nomor  3  Tahun 1992  tentang Jaminan  Sosial  Tenaga  Kerja  (Lembaran  Negara  Republik Indonesia  Tahun 1992 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3468) tetap melaksanakan kegiatan operasional penyelenggaraan:
      1.      program  jaminan  pemeliharaan  kesehatan  termasuk  penambahan  peserta baru sampai
      dengan beroperasinya BPJS Kesehatan;
      2.      program  jaminan  kecelakaan  kerja,  jaminan  kematian,  dan  jaminan  hari tua  bagi
      pesertanya,  termasuk  penambahan    peserta baru sampai  dengan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan (20xx); dan. 

      e.      Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata republik Indonesia (ASABRI) yang  dibentuk  dengan  Peraturan  Pemerintah  Nomor  68  Tahun 1991  tentang Pengalihan  Bentuk  Perusahaan  Umum  (Perum)  Asuransi Sosial  Angkatan Bersenjata  Republik  Indonesia  menjadi  Perusahaan Perseroan  (Persero) (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1991  Nomor  88),  tetap  melaksanakan  kegiatan  operasional penyelenggaraan  program Jaminan pensiun, Program Jaminan hari tua, Program Jaminan Kematian, program Jaminan Kecelakaan kerja bagi  pesertanya,  termasuk penambahan    peserta baru,  sampai  dengan  dialihkan  ke  BPJS Ketenagakerjaan.
      f.        Perusahaan  Perseroan  (Persero)  Dana  Tabungan  Dan  Asuransi Pegawai  Negeri  (TASPEN)
      yang  dibentuk  dengan Peraturan  Pemerintah  Nomor  26  Tahun  1981 tentang  Pengalihan  Bentuk Perusahaan  Umum  Dana  Tabungan  dan Asuransi  Pegawai  Negeri  Menjadi Perusahaan  Perseroan  (Persero) (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun 1981 Nomor  38), berdasarkan  Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun  Janda/Duda  Pegawai  (Lembaran  Negara Nomor  2906),  Undang-Undang  Nomor  8  Tahun  1974 tentang Pokok-Pokok  Kepegawaian  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Tahun 1974  Nomor  55,  Tambahan  Lembaran  Negara  Republik  Indonesia Nomor 3041)  sebagaimana  telah  diubah  dengan  Undang-Undang  Nomor  43 Tahun  1999  (Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1999  Nomor 169, Tambahan  Lembaran  Negara Nomor  3890),  dan Peraturan Pemerintah  Nomor  25  Tahun  1981  tentang  Asuransi  Sosial Pegawai  Negeri  Sipil  (Lembaran Negara Republik Indonesia  Tahun 1981 Nomor  37,  Tambahan Lembaran  Negara  Republik  Indonesia  Nomor 3200) tetap  melaksanakan kegiatan  operasional  penyelenggaraan  program Pensiun, Program Tabungan hari tua, Program Asuransi kematian bagi peserta termasuk penambahan peserta baru sampai dengan dialihkan ke BPJS Ketenagakerjaan.


      Versi II
      Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
      a.       Perusahaan  Perseroan  (Persero)  PT  Asuransi  Kesehatan  Indonesia  atau disingkat  PT  Askes
      (Persero)  yang  dibentuk  dengan  Peraturan  Pemerintah Nomor  6  Tahun  1992  tentang  Pengalihan  Bentuk  Perusahaan  Umum  (Perum) Husada  Bhakti  menjadi  Perusahaan  Perseroan  (Persero)  (Lembaran  Negara Republik  Indonesia  Tahun  1992  Nomor  16)  diakui  keberadaannya  dan  tetap melaksanakan  program  jaminan  kesehatan,  termasuk  menerima  pendaftaran peserta baru, sampai dengan beroperasinya BPJS Kesehatan;


      APAKAH INI NAMANYA BUKAN PERUBAHAN SUBSTANSI SEPERTI YANG DIKATAKAN OLEH PENDUKUNG BPJS?

      UU YANG SUDAH DISAHKAN DIRAPAT PARIPURNA DENGAN YG DITANDATANGANI OLEH PRESIDEN SUSILO BAMBANG YUDHOYONO, TERNYATA BERBEDA!!

      JELAS SUBSTANSINYA SUDAH BERUBAH!!

      «
      Next
      Newer Post
      »
      Previous
      Older Post

      No comments

      Leave a Reply